Saya menulis esai untuk Jawa Pos edisi 13 Maret 2016 ini, “Hantu dan Strategi Literer untuk Sang Liyan”. Belajar dari kisah vampir di novel horor klasik macam Dracula hingga romansa Twilight untuk melihat bagaimana kita menghadapi sesuatu yang “bukan kita”. Apakah kesusastraan bisa menjadi strategi menghadapi intoleransi?
Selain itu ada wawancara saya di majalah Tempo edisi 14-20 Maret 2016, “Belum Ada yang Bisa Menggantikan Pram dan Chairil”. Itu sejenis kegelisahan saya, selama 70 tahun kesusastraan nasional Indonesia, novelis dan penyair terbesar kita bagi saya tetaplah mereka.